Seperti yang kita ketahui, penyakit saraf sangat rentan terjadi dan dianggap benar-benar mengganggu aktivitas kita terutama pada para lansia. Karena penyakit saraf adalah terdapat gangguan terhadap sistem saraf tubuh yang meliputi otak, sumsum tulang (sistem saraf pusat), serta saraf yang dapat menghubungkan sistem saraf pusat dengan organ tubuh (sistem saraf perifer). Terganggunya sistem saraf ini dapat disebabkan karena terganggunya sebagian bahkan seluruh fungsi tubuh. Seperti sulit bergerak, berbicara, gangguan ingatan, sulit bernapas serta mengalami gangguan fungsi organ tubuh pada bagian dalam. Contohnya jantung atau pun paru.

Dilansir dari alodokter, terdapat juga tipe saraf pada tubuh manusia. Di antaranya:

Saraf motorik. Yaitu jenis saraf yang bekerja mengirim sinyal impuls dari otak dan juga tulang sumsum belakang ke semua otot pada tubuh. Saraf motorik ini memiliki kemungkinan bahwa seseorang dapat melakukan berbagai aktivitas. Seperti berjalan, menggerakkan jari untuk mengambil sesuatu, berlari dan sebagainya.

Saraf sensoris. Yaitu salah satu jenis saraf yang bekerja mengirimkan kembali sinyal (impuls) dari kulit dan otot ke tulang belakang serta otak. Saraf ini mampu memberi pengaruh pada fungsi indera pada tubuh manusia. Seperti sentuhan, pendengaran, penglihatan, perasa, penciuman, juga keseimbangan.

Saraf otonom. Adalah saraf yang mampu mengendalikan fungsi pada gerakan tubuh yang tidak atau setengah disadari. Seperti contohnya detak jantung, gerakan usus, pengaturan suhu tubuh, dan juga tekanan darah.

Nah, jika kita perhatikan, fungsi dari seluruh sistem saraf begitu penting dalam kehidupan keseharian. Bahkan bisa dikatakan bahwa berfungsinya sistem saraf merupakan salah satu ciri manusia hidup. Karena dalam praktiknya, manusia tentu akan betul-betul membutuhkan fungsi dari sistem saraf ini. Dan jika saja kita terkena gangguan saraf, maka kita akan kerepotan.

Tapi, jangan khawatir, sakit saraf ini masih diatasi. Dilansir dari honestdocs.id, terdapat banyak variasi obat yang dapat digunakan untuk meringankan gejala penyakit sistem saraf. Nyeri saraf dapat diberikan obat seperti krim atau salep gel yang dapat dioleskan pada bagian yang terasa nyeri. Selain itu, obat depresan membantu mengurangi rasa nyeri tetapi tidak bisa langsung untuk mengobati saraf sensorisnya. Obat ini juga sangat sering dipakai pada neuropati diabetik.

Selain TENS atau Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation dapat dilakukan untuk memblokir sensor nyeri yang akan disalurkan dari sistem saraf. Selain itu dapat dilakukan terapi rumahan dengan cara mengonsumsi makanan yang bergizi, berolahraga, perbanyak istirahat setelah beristirahat dan juga berhenti merokok.

Ada pun ciri-ciri dan gejala terkena penyakit sistem saraf adalah sebagai berikut:

Merasa kebas atau mati rasa. Kamu akan merasa kebas, kesemutan, atau seperti terbakar yang menyebar di sekitar tangan dan kaki. Terutama pada bagian jari. Kalau kamu merasakan gejala itu, saat sedang tidur dan bersifat sementara. Ini masih dikatakan wajar. Tapi kalau kamu merasakan berulang juga jangka waktu yang cukup lama, segera konsultasikan ke dokter.

Kehilangan keseimbangan. Hal ini bisa terjadi kapan saja. Seperti tiba-tiba jatuh tersandung. Hal ini menandakan bahwa kalau kamu mengalami kerusakan saraf karena kurangnya koordinasi. Tetapi, kemungkinan ini bisa saja merupakan tanda Parkinson. Yaitu kerusakan yang dapat terjadi pada sel saraf di bagian otak.

Respon otak melambat. Saraf sensoris seharusnya dapat memberi tahu pada otak jika ada hal yang dapat membahayakan atau mengancam. Namun, dalam hal ini saraf sensoris tidak akan berfungsi seperti semestinya. Contoh, ketika mengalami luka bakar, sayatan, atau trauma karena tidak menyadari jika kamu sudah menyentuh sensasi yang panas, tajam, atau pun hal yang tidak membuatmu nyaman.